Selasa, 15 Februari 2011

Sebentuk cinta, Segenap harap, Setulus hati, Untukmu..

Kelak akan kumengerti sebuah perjalanan ini. Perjalanan yang kini membawaku pada berjuta kisah, pada berjuta kesempatan, juga pada berjuta pembelajaran hidup. Sungguh aku sangat bersyukur, karena pada perjalanan itu, Ia telah menunjukkan keMaha Besaran-Nya lewat bait-bait kehidupan yang membawaku semakin bijak menyikapinya. Menyikapi bahagia, duka, dan hal-hal yang mungkin saja meruntuhkan semangat juangku.
Sedikit demi sedikit, seiring waktu, usia telah menapaki kerentaannya. Diakui atau tidak, helaan nafas, denyutan nadi, dan degupan jantung ini kian nyata menyibak takaran usia yang tak lagi muda, karena ia telah tergores waktu yang membawa beragam kisah hingga menapak jelas di antara guratan wajah. Tentu banyak hal yang aku rasa telah membuat aku memahami jika “kedewasaan adalah sebuah pilihan, namun kerentaan (tua) merupakan sebuah kepastian”.
Sering aku bertafakur dalam keheningan malam, dalam kesepian yang menjelma diatara keletihan tubuh dan jiwaku, hanya sekedar untuk mengadu tentang jalan hidup, tentang aku, kau, dan mereka yang menyayangiku dengan segenap ketulusannya, atas pengorbanannya mendidik, mencintai, menjaga, hingga kini aku beranjak semakin dewasa. Sering air mata ini mengalir tak tertahankan, hanya karena ku terkenang kelembutan tangan yang membelai rambutku, mengucapkan sepatah kata yang selalu terngiang di telinga “kelak kau akan menjadi seorang bijaksana, dalam keluarga, masyarakat, dan mungkin saja bangsa, maka peliharalah kepercayaan sebaik-baiknya, seperti aku (bapak) ajarkan kepadamu tentang kedisiplinan”.
Kini waktu semakin menggerus semua kenangan. Tentu begitu banyak hal yang telah terjadi di diriku. Alam yang telah membekukan sifat idealis di hatiku, bahwa hidup berjalan atas kehendak-Nya namun tak lepas dari sebuah pilihan kita, karena “Allah tidak akan merubah suatu kaum, jika kaum itu tidak mau merubahnya”.
Sejuta kisah yang pernah singgah telah banyak meninggalkan kebahagiaan dalam tawa, namun tak sedikit yang meninggalkan kepedihan dalam tangis, namun semuanya menjadi sandaran untuk berkarya jauh lebih baik lagi, karena “seorang pujangga lahir atas dasar kesedihan dalam perjalan hidupnya”.
Indah hanya akan terasa jika kita telah menikmati keburukan. Bahagia juga akan mendalam jika kita pernah menikmati kesengsaraan. Para nabi dan orang bijak telah mengajarkan sebuah perjuangan penting, pengorbanan yang tak ternilai harganya. Sungguh, merupakan pelajaran berharga bahwasannya “tujuan bukanlah suatu yang utama, karena yang utama adalah prosesnya”.
***
Pagi ini, kusampaikan segenap salam pengharapan, salam terindah dengan penuh selaksa senyuman. Untukmu, seseorang yang telah banyak mengajarkan aku tentang arti sabar dalam penantian, mengenalkanku arti bahagia dalam kebersamaan, mengenalkanku arti merindu kala jarak merintangi. Terkadang aku selalu bertanya, “apakah akan selalu kunikmati senyummu itu, kala matahari pagi mencairkan mimpi terindah tadi malam, kala pandang kita beradu pada sebuah fajar yang membawa segenap harapan akan indahnya hari ini, esok, dan nanti”.
Harapku selalu menjadi pemacu semangat untuk terus berbenah, baik hati, pikiran, dan sikap, untuk bisa lebih memahami tentangmu, tentang hal-hal yang selama ini belum kumengerti darimu. Satu hal yang pasti, Aku akan selalu berada disampingmu (menemani, melindungi, dan menjagamu), bukan di depanmu (meninggalkan), atau bahkan dibelakangmu (menjadi pengecut). Karena aku akan memperjuangkan apa-apa yang telah aku mulai dengan niat tulus suci.
Terimakasih atas bijaksana, perhatian, semangat, dan tatapan lembutmu. Tak ada yang lebih indah dari sebuah ketulusan. Jadilah diri sendiri. Kebimbangan akan selalu ada, dan aku sangat begitu mengerti dengan apa yang kadang tengah kau pikirkan, atau sesuatu yang kadang membuatmu murung. Dan kuharap kau juga mengerti jika terkadang akupun merasa bimbang dengan keadaan kini.  Terkadang, memang, harap kita terlalu tinggi untuk bisa membahagiakan semua orang yang begitu sayang kepada kita. Tapi kita juga harus ingat, bahwa “hidup adalah sebuah pilihan”. Tentu kau tahu kisah tentang ayah, anak, dan keledainya?.
Maka berjalanlah & berfikirlah dengan hati. Semoga kebersamaan selalu menaungi jalan hidup kita, tentu seperti harapan kita untuk terus merajut kebersamaan ini. Kebersamaan yang terjalin dengan ketulusan untuk terus saling memahami hati. Kebahagiaan hakiki adalah ketika kita bisa memilih yang terbaik dimata kita & dimata Allah. Selama aku berada disampingmu, sandarkanlah keluh kesah itu… setidaknya bisa menjadi tempat untuk mengadu.
dan kelak… akan kita reguk keindahan perjuangan kita dalam balutan bahagia yang sejati, semoga… insyaAllah

Tidak ada komentar: